Monday, January 6, 2020

MUSEUM SERIBU MOKO   

seperti biasa pasti banyak yang bertanya kenapa namanya harus Museum 1000 Moko ??
 jawabannya ada dibawah 😆

MOKO  : Mewakili Orang Alor dengan kekayaan budayanya 

1000       : Menunjukan suatu kondisi banyak, beraneka ragam dan harapan.

Museum Daerah 1000 Moko berdiri pada tahun 2003 dan diresmikan pada tanggal 4 mei 2004 oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur, Piet Alexander Tallo, SH. Di Kalabahi dengan tujuan untuk menyelamatkan warisan budaya daerah dan menjadi tempat bagi masyarakat umum menyaksikan, mengagumi dan mempelajari kebudayaan daerahnya sendiri.

Museum seribu moko ini menyimpan beberapa peninggalan prasejarah antara lain adalah sebagai berikut : 


1.  MOKO 

Terdapat begitu banyak moko yang berada di Museum Daerah Seribu Moko diantaranya ada 2 jenis moko berkelas dengan bahan perunggu Malai Tanah Tangan Panjang dalam bahasa Abui (Nuh Mate) itikira Hatang Lohi sedangkan dalam bahasa kabola ( Nuh Atinang) diberi nama Malai Sai Paha Atang Lou, dan yang kedua Moko Pung Kuang  Boling 5 Anak Panah digunakan sebagai mas kawin dan sebagai alat musik dalam upacara adat dan masih banyak lagi Moko dengan berbagai macam variasi dan kelas yang tersimpan disini,  yang uniknya lagi anda dapat menemukan satu-satunya moko yang paling besar biasa orang Alor menyebutnya dengan Moko Nekara bertipe Heger I, yang ditemukan Simon J Oil Balol berdasarkan petunjuk mimpi di Desa Alaang, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor pada tanggal 20 Agustus 1972.



Foto penulis dan pegawai museum disamping moko



2. KERAMIK DAN GERABAH

Museum Daerah Seribu Moko memiliki koleksi keramik dari Cina dan Vietnam. keramik ini masuk melalui perdagangan. selain itu gerabah lokal dibuat oleh masyarakat Alor untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan perdagangan antar desa.



3. TENUNAN

Seperti di daerah lainnya di Nusa Tenggara Timur ( NTT ), Kabupaten Alor banyak memiliki keanekaragaman motif dan tenunan. pada umumnya motif tenunan di Kabupaten Alor berkembang setelah masuknya para pedagang cina dengan kain-kain sutera dan bahan pewarna, pedagang india dengan tenunan kain patola dan pengaruh-pengaruh lain dari eropa. Gelombang pengaruh yang berikut dibawah oleh pelaut-pelaut Bugis Makasar dan Jawa sehingga Karya cipta lokal bercampur dengan unsur-unsur luar menghasilkan keanekaragaman motif tenunan Alor seperti Gebitir Keti (Mei Geweng) adalah sarung pinggir bunga dari Kolana (Alor Timur), Kafeti Muti kain sarung 4 lirang bermuti dari pantar, motif kura-kura dari pulau pura ( ternate), motif ular naga dari Alor Kecil dan masih banyak lagi berbagai macam motif yang akan kita temui di Alor.

untuk lebih jelasnya anda dapat mengunjungi Museum Seribu Moko di jalan diponegoro, Kalabahi - Alor Nusa Tenggara Timur untuk melihat langsung beragam jenis moko serta kekayaan budaya Alor lainnya.





#SEMOGA BERMANFAAT 😆😆
















No comments:

Post a Comment